Senin, 20 Desember 2010

Terapi Lansia


Terapi Lansia

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

Ø  Tujuan

Ø Mengisi waktu luang bagi lansia.
Ø Meningkatkan kesehatan lansia.
Ø Meningkatkan produktivitas lansia.
Ø Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.

Ø  Jenis kegiatan

1.       PSIKODRAMA

Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan  masalah lansia.

2.       TERAPI BERKEBUN

Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang

3.       TERAPI OKUPASI

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilakan karya dari bahan yang telah disediakan.

4.       TERAPI KOGNITIF

Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.

5.       REKREASI

Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan.

6.       TERAPI KEAGAMAAN

                Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.


7.       Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Terdiri atas 7-10 orang)

                Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
Terapi kelompok dapat lebih praktis dan diterima dibandingkan terapi individual bagi mereka yang mengalami distress psikologis dan dengan keterbatasan pendapatan. Perasaan terasing dan tidak berguna berkurang dengan saling berbagi masalah yang umum dihadapi. Terapi kelompok digunakan untuk mengurangi kecemasan terkait stres terapi jangka pendek penyakit tertentu, reaksi berduka, dan resolusi konflik. Dengan dipandu oleh pemimpin kelompok (yang mungkin seorang professional kesehatan jiwa), sekelompok individu yang mengalami masalah emosional yang serupa bertemu untuk saling mendiskusikan masalah mereka.

              Implementasi

Ø  Pemimpin kelompok harus menentukan ketepatan kelompok untuk masing-masing anggota yang bermasalah.
Ø  Idealnya, kelompok terapi harus terdiri dari sekitar 8 sampai 12 anggota.
Ø  Pertemuan harus dilakukan antara satu kali seminggu sampai satu kali sehari selama 1 sampai 1 ½ jam. Pertemuan kelompok dapat berlangsung selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun, bergantung pada kebutuhan anggota.
Ø  Peran pemimpin kelompok adalah memberikan bimbingan dan klarifikasi mengenai topik yang sedang dibahas.
Ø  Ketika kelompok tersebut mengalami kemajuan, pemimpin kelompok terapi. Anggota kelompok dapat melakukan sebaian fungsi kepemimpinan ketika kelompok terapi berkembang dan hanya membutuhkan sedikit bantuan.

   Pertimbangan khusus

                Terapi kelompok memberikan lansia kesempatan untuk mendiskusikan bagaimana penyakit atau kematian pasangan memengaruhi hidup mereka dan memberikan kesempatan pada mereka untuk saling membantu dengan berbagi pemecahan masalah yang berhasil digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini berbeda psikoterapi yaitu kelompok yang terdiri atas teman sebaya atau anggota keluarga yang mempunyai pengalaman yang sama dan professional kesehatan jiwa dapat terlibat didalam kelompok sebagai fasilitator untuk memantau dan memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok biasanya dilakukan di tempat ibadah, pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum lainnya. Kelompok tersebut dapat bebas biaya atau memerlukan biaya tertentu.


8.       TERAPI MUSIK

                Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik untuk mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi musik dapat berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi pasien yang menderita ketidakmampuan perkembangan, gangguan kesehatan jiwa demensia adiksi terhadap zat, dan nyeri kronis.
Music juga telah berhasil digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien yang menderita Alzheimer dan korban yang mengalami cedera kepala ketika pendekatan lainnya gagal. Pada sebuah penelitian mengenai efek music pada pasien yang menderita Alzheimer, mereka yang mendengar music band besar selama satu hari lebih waspada dan bahagia serta mempunyai ingatan jangka panjang yang lebih banyak dibandingkan pada kelompok pengendali. Selama sakit, music dapat mengorientasikan kembali pasien yang konfusi. Pada tahap lanjut penyakit, music memberikan kenyamanan psikologis.

              Implementasi

Ø  Atur sebuah lingkungan yang nyaman.
Ø  Pilih musik yang tepat untuk pasien dan tujuan sesi. Musik tersebut harus bermakna untuk peserta.
Ø  Jika sesi yang Anda lakukan akan meliputi pembuatan musik, kumpulkan instrument yang tepat untuk kelompok tersebut.
Ø  Untuk sesi yang mencakup bernyanyi, pilih musik yang diketahui  oleh anggota kelompok tersebut. Berikan syair lagu tersebut, baik dengan menulisnya atau dengan menulisnya atau dengan mengulanginya ke kelompok.
Ø  Perkenalkan peserta satu sama lain. Jelaskan tujuan sesi dan dorong setiap orang untuk berpartisipasi sebisa yang dapat mereka lakukan.
Ø  Ketika kelompok sudah siap, mulai musik dan posisi diri Anda sehingga Anda mengharap ke kelompok.
Ø  Jika kelompok akan mendengarkan musik, perhatikan reaksi peserta. Jika mereka membuat musik berkelilinglah di antara anggota kelompok dan berilah dukungan individual.
Ø  Dorong peserta untuk membahas perasaan yang mereka alami ketika mendengarkan musik. Beri pujian atas upaya mereka.
Ø  Setelah sesi selesai, dokumentasikan aktivitas dan respons kelompok.

   Pertimbangan khusus

Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan untuk lansia. Pada banyak pasien, musik yang mereka nikmati dimasa muda mereka tidak lagi menjadi dari bagian hidup mereka selama puluhan tahun.


9.       TERAPI HEWAN PELIHARAAN

                Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang.
                Hewan peliharaan dapat melawan kesepian pada pasien lansia dan membantu menjembatani jarak antara pasien dan pemberi perawatan kesehatan. Umumnya digunakan di fasilitas perawatan jangka panjang, terapi hewan peliharaan membantu pasien lansia mengatasi apatis dan depresi   sert memperbaiki interaksi dengan orang lain.
                Jika disbanding dengan orang yang tidak mempunyai hewan peliharaan, lansia yang tinggal dikomunitas yang mempunyai hewan peliharaan  telah terbukti memiliki tingkat aktivitas harian yang lebih baik, toleransi terhadap latihan yang lebih baik dan kadar kolesterol serum yang lebih rendah. Selain itu, mereka jarang masuk ke sistem perawatan kesehatan. Mereka juga menunjukkan penurunan stres dan kesepian, peningkatan status emosional, dan kemampuan koping yang lebih baik.

              Implementasi

Ø  Pilih hewan peliharaan yang berprilaku baik dan memiliki peragai yang baik. Hewan peliharaan yang telah mengikuti pelatihan kepatuan yang merupakan pilihan ideal.
Ø  Pastikan hewan peliharaan telah dibersihkan oleh dokter hewan dan imunisasinya telah diperbarui.
Ø  Pastikan jika hewan peliharaan dipilih sebagai maskot untuk fasilitas, minta orang yang bertanggung jawab membuat jadwal untuk penghuni yang tertarik merawat hewan peliharaan tersebut .
Ø  Delta Society organisasi hewan peliharaan nasional, mempunyai cabang sebagaian di kota besar. Hewan dan pemiliknya harus menjalani pengujian yang ketat sebelum diberikan sertifikat sebagai tim terapi hewan peliharaan yang dapat berkunjung ke fasilitas. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk terapi hewan peliharaan melalui organisasi ini.
Ø  Biarkan pasien bermain bersama dan memeluk hewan peliharaan tersebut. Dorongan pasien untuk bicara dengan hewan peliharaan tersebut dan bercerita mengenai hewan peliharaan yang pernah ia miliki. Berikan sebanyak mungkin waktu yang dibutuhkan pasien dengan hewan peliharaan jika mungkin.

Pertimbangan khusus

                Pastikan lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas harus mempunyai area tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan dijauhkan dari pasien yang alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan hewan peliharaan, atau  takut terhadap hewan peliharaan.


10.  TERAPI LIFE-REVIEW

Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya.
Life-review berkaitan dengan peninjauan memori yang jauh tersimpan, pengungkapan perasaan yang terkait memori tersebut, pengakuan konflik-konflik, dan pelepasan sudut pandang yang membatasi diri. Selama periode krisis dan transisi, meninjau hidup terjadi secara alami pada banyak orang.
Meninjau hidup dengan efektif dapat memecahkan, setidaknya sebagaian, beberapa konflik-konflik pada masa lalu yang menyimpan hal-hal penting untuk masa sekarang dan masa yang akan sekarang dan masa yang akan datang. Pada lansia yang sangat tua, terapi ini kemungkinan akan banyak merubah pandangan mengenai apa yang telah terjadi bukan apa yang akan terjadi.
Terapi ini tidak hanya bermanfaat lansia, tetapi juga untuk dewasa muda. Anak-anak dapat ikut bersama  lansia dan mendengar mengenai sejarah dari lansia yang dulu berada di sana dan ikut mengalami peristiwa sejarah.

   Implementasi

Ø  Berikan kesempatan bagi pasien untuk untuk memberikan iktisar peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya.
Ø  Dorong pencarian makna, pemecahan masalah, dan kepuasan emosional.
Ø  Fasilitas ekspresi dengan membagi beberapa pengalaman hidup Anda sendiri.
Ø  Fasilitas hubungan antara harapan pada masa lalu, peristiwa saat ini, dan pengharapan pada masa yang akan datang.

   Pertimbangan khusus

Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau tidak mampu untuk mengenang hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu bantuan dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya.


11.   TERAPI DANSA

Dikenal juga sebagai terapi gerakan dansa, terapi dansa memanfaatkan hubungan langsung antara gerakan tubuh dan pikiran. Aspek khusus terapi dansa, seperti musik, irama, dan gerakan yang singkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi isolasi. Pada kelompok lansia lainnya, tetapi dansa digunakan untuk mempertahankan fungsi fisik, meningkatkan nilai diri, membina hubungan, dan membantu mereka meningkatkan ketakutan dan kesedihannya.
Bermacam gangguan dan ketidakmampuan dapat ditangani dengan menggunakan terapi dansa. Biasanya, pasien yang akan ditangani mempunyai masalah sosial, emosional, kognitif atau fisik. Terapi dansa bahkan digunakan sebagai metode pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan diantara pasien yang sehat. Selain itu, terapi ini digunakan untuk mengurangi stress oleh pemberi perawatan dan pasien yang menderita kanker, AIDS, dan penyakit Alzheimer. Teapi dansa meningkatkan, fleksibilitas, menguatkan otot, memperbaiki fungsi kardiovaskular, dan meningkatkan fungsi paru. Selain itu, terapi dansa memberi sentuhan, sosialisasi, dan rasa keterkaitan.
Rutinitas dansa  berkisar dari hanya bertepuk tangan dan melambaikan tangan sampai sesi aerobik yang rumit. Musik harus sesuai dengan kelompak lansia, baik kecepatannya maupun penampilan estetisnya. Music rock and roll dengan gerakan cepat mungkin kurang disenangi kelompok lansia yang tangkas dibandingkan polka cepat. Gunakan musik yang cepat untuk menstimulasi kelompok tersebut, dan music yang lambat untuk efek menenangkan.

   Implementasi

Ø  Atur ruangan untuk mengakmodasi gerakan bebas peserta.
Ø  Atur kursi disekitar pinggiran bagi mereka yang tidak dapat berdiri atau menjadi lelah selama sesi terapi.
Ø  Kaji kelompk apakah ada faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko untuk pertimbangan mencakup status kardiovaskular yang buruk, riwayat penyakit paru obstruktif, atau masalah otot degeneratif.
Ø  Jelaskan tujuan sesi tersebut, dan dorong setiap lansia untuk berpartisipasi sampai tahapan mereka mampu melakukannya.
Ø  Ketika kelompok lansia telah siap, mulai musik dan posisikan diri Anda agar menghadap kearah kelompok.
Ø  Jika rutinitas terstruktur digunakan, peragakan gerakan yang Anda minta lakukan dan dorong kelompok untuk meniru gerakan Anda.
Ø  Jika anda meminta ekspresi yang bebas, beredarlah ke dalam kelompok dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka yang  ragu-ragu.
Ø  Puji upaya peserta dan dorong mereka untuk mendiskusikan perasaan yang mereka alami selama berdansa.
Ø  Setelah sesi terapi, dokumentasikan tipe aktivitas dan respons kelompok.

 Pertimbangan Khusus

Karena berdansa merupakan aktivitas aerobik, perhatikan apakah ada tanda-tanda gaangguan kardiovaskular , seperti pusing, kemerahan, keringat yang banyak, dan disorientasi. Gerakan yang sangat cepat dapat menyebabkan pusing. Bantu lansia yang pusing untuk duduk jika perlu dan periksa tanda-tanda vitalnya.


12.   TERAPI  YOGA

Di antara praktik kesehatan yang dikenal baik oleh lansia, yoga (berarti “persatuan” dalam bahasa Sansekerta) adalah integrasi energy fisik, mental dan spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan. Tujuan pernafasan dalam yoga adalah membuat proses selembut dan selentur mungkin. Asumsinya adalah irama pikiran tercermin pada irama pernafasan. Dengan mempertahankan pernafasan stabil dan berirama, pikiran akan tetap tenang dan terfokus.
Di antara manfaat yoga dan diperhitungkan adalah perbaikan kesehatan, vitalitas, dan kedamaian pemikiran individu. Yoga berhasil digunakan untuk merdakan stres dan kecemasan, menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri, memperbaiki keterampilan motorik, mengobati adiksi, meningkatkan persepsi pendengaran dan penglihatan, serta memperbaiki fungsi metabolic dan respiratorik. Yoga juga efektif dalam mengobati gangguan metabolic dan penyakit paru. Selain itu, yoga dapat meningkatkan kapasitas paru dan menurunkan frekuensi pernafasn.
Yoga telah dipercaya dapat menurunkan kolesterol serum dan meningkatkan kadar histamine untuk melawan alergi. Kemampuannya membantu pengguna mengatur aliran darah sedang diteliti pada terpi kanker. Para ilmuan sangat ingin membuktikan apakah pembatasan aliran darah ke daerah tumor akan memperlambat pertumbuhan tumor.

                   Implementasi

Ø  Berikan lingkungan yang pribadi dan tenang, yang bebas dari ketegangan.
Ø  Partisipasi harus memiliki ruangan yang cukup untuk bergerak tanpa menyentuh atau mendistraksi anggota lainnya.
Ø  Masing-masing partisipan akan membutuhkan selimut kecil atau handuk besar untuk digunakan pada beberapa postur.
Ø  Jelaskan tujuan sesi tersebut dan uraikan rencana latihan serta manfaatnya.
Ø  Jawab setiap pertanyaan, dan ingatkan pasien bahwa mereka tidak perlu melakukan postur yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Ø  Ketika kelompok siap, bicara kepada mereka melalui posisi atau teknik pernapasan, yang ditunjukkan satu persatu.
Ø  Ketika mereka semua telah dalam posisi atau mulai pola pernapasan, berkeliling di antara murid untuk menyesuaikan teknik mereka, sesuai kebutuhan.
Ø  Berikan pujian untuk semua upaya mereka.
Ø  Setelah Anda memimpin mereka selama semua latihan yang direncanakan, tutup sesi dengan meminta mereka bernapas dalam dan lambat.
Ø  Dokumentasikan sesi, teknik yang digunakan, dan respons pasien.

Pertimbangan Khusus

Ø  Beberapa aspek yoga yang lebih khusus dapat menyebabkan cedera otak jika tidak dilakukan dengan tepat.
Ø  Terdapat teknik yoga yang memenuhi kebutuhan semua orang tanpa memperhatikan kondisi fisiknya.


13.  TERAPI OKSIGEN

Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami hipoksemia yang disebabkan oleh kedaruratan pernafasan atau jantung atau peningkatn fungsi metabolik. Pada kedaruratan pernapasan, pemberian oksigen memungkinkan pasien mengurangi ventilasinya. Ketika penyakit, seperti atelektasis atau sindrom distress pernapasan dewasa, kerusakan difusi, atau ketika volume paru berkurang akibat hipoventilasi, prosedur ini menaikkan kadar oksigen alveolar.
Ketika kebutuhan metabolik tinggi seperti pada kasus trauma massif, luka bakar, atau demam tinggi pemberian oksigen menyuplai tubuh dengan cukup oksigen memenuhi kebutuhan selular. Keadekuatan terapi oksigen ditentukan oleh analisis gas darah arteri (AGD), pemantauan oksimetri, dan pemeriksaan klinis. Penyakit pasien, kondisi fisik, dan usia akan menentukan metode pemberian yang paling tepat.

Peralatan

Ø  Sumber oksigen (unit di dinding, silinder, tabungan cairan, atau konselator).
Ø  Meteran aliran.
Ø  Adapter jika memakaiunit di dinding, atau pengukur penurun tekanan jika menggunakan silinder.
Ø  Air steril yang diuapkan.
Ø  Tanda HATI-HATI OKSIGEN.
Ø  sistem pemberian oksigen yang tepat (kanula hidung, masker sederhana, masker rebreather parsial, atau masker nonrebreather untuk aliran rendah atau berbagai konsentrasi oksigenmasker Venturi, masker aerosol, kolartrakeostomi, slang T, tenda atau tudung aliran tinggi dan konsentrasi oksigen yang spesifik).
Ø  Slang penghubung diameter kecil dan diameter besar.
Ø  Lapisan kassa dan plester (untuk masker oksigen).
Ø  Adapter pancaran udara untuk masker enturi (jika menambah kelembapan).
Ø  Pilihan: penganalisa untuk oksigen dan adapter humidifikasi steril, monitor oksigen nadi, mesin Bipap (dapat digunakan untuk pasien dengan masalah paru kronis).

Implementasi

Ø  Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan aliran. Pencet slang dekat percabangannya untuk memastikan bahwa alarm yang dapat didengar akan berbunyi jika aliran oksigen berhenti.
Ø  Kaji kondisis pasien. Pada keadaan darurat, pastikan bahwa jalan nafas pasien terbuka sebelum memberikan oksigen.
Ø  Periksa kamar pasien untuk memastikan kamarnya aman untuk pemberian oksigen. Jika mungkin, ganti elektronik dengan alat yang nonelektronikdan ditempatkan tanda DILARANG MEROKOK di kamar pasien. Oksigen mendukung terjadinya kebakaran dan percikan api yang terkecil pun dapat menyebabkan api.
Ø  Tempatkan tanda HATI-HATI OKSIGEN di tempat tidur pasien dan pintu masuk kamar pasien.
Ø  Bantu dalam memasang alat penghantar oksigen pada pasien. Pastikan alat ini terpasang dengan baik dan stabil.
Ø  Pantau respons pasien terhadap terapi oksigen. Periksa nilai gas darah arteri pasien selama penyesuaian awal terhadap aliran oksigen. Ketika pasien distabilisasi, Anda dapat menggunakan oksimetri nadi. Periksa pasien dengan sering apakah ada tanda-tanda hipoksia, seperti penurunan tingkat kesadaran, peningkatan frekuensi jantung, aritmia, kegelisahan, perspirasi, dispnea, penggunaan otot tambahan, terus menguap atau nafas cuping hidung, sianosis, dan kulit dingin serta lembap.

Poin penting karena beberapa lansia tidak menjadi sianosis ketika mengalami hipoksia, Anda perlu untuk mengevaluasi tanda-tanda lainnya.

Ø  Ketika memantau respons pasien terhadap perubahan aliran oksigen, periksa monitor oksimetri nadi atau ukur nilai AGD 20 sampai 30 menit setelah penyesuaian aliran. Pada keadaan ini, pantau pasien dengan ketat apakah ada respons yang merugikan terhadap aliran oksigen.
Ø  Observasi integritas kulit pasien untuk mencegah kerusakan kulit pada titik-titik penekanan akibat alat penghantar oksigen. Lap uap atau perspirasi dari wajah pasien dan masker jika perlu.
Ø  Jika pasien akan mendapatkan oksigen pada konsentrasi di atas 60% selama lebih dari 24 jam, perhatikan dengan cermat apakah ada tanda-tanda toksisitas terhadap oksigen. Ingatkan pasien untuk batuk dan bernafas dalam mencegah atelektasis. Selain itu untuk mencegah kerusakan paru yang serius, ukur nilai AGD secara berulang untuk menentukan apakah konsentrasi oksigen yang tinggi masih diperlukan.
Ø  Jangan memberikan oksigen lebih dari 2 L/menit melalui kanula hidung untuk pasien yang menderitapenyakit paru kronis kecuali Anda mempunyai instruksi khusus untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan beberapa pasien yang menderita penyakit paru kronis menjadi bergantung pada keadaan hiperkapnia dan hipoksia untuk merangsang pernafasan mereka; sehingga, oksigen tambahan dapat menyebabkan mereka berhenti bernafas. Akan tetapi, terapi oksigen jangka panjang selama 12 sampai 17 jam sehari dapat membantu pasien yang menderita penyakit paru kronis tidur lebih baik, bertahan hidup lebih lama, dan mengalami penurunan ansiden penurunan hipertensi paru.

Komplikasi

                Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat menyebabkan kerusakan pada jalan napas dan paru. Henti napas merupakan komplikasi yang mungkin terjadi jika konsentrasi oksigen terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis.


14.  TERAPI TROMBOLITIK

Obat-obatan trombolitik memberikan koreksi masalah trombik akut dan ekstensif dengan cepat. Obat trombolitik diberikan I.V. awal pada infark miokart akut untuk mencegah pembentukan thrombus primer atau sekunder dalam pembuluh darah di sekitar daerah yang nekrotik, sehingga meminimalkan kerusakan miokart. Tujuannya adalah (sebagai skema di American Heart Association algoritma untuk nyeri dada iskemik) menghantarkan agnes fibrinolitik dalam 30 menit kedatangan di unit gawat darurat. Obat trombolitik juga digunakan untuk mengobati stroke.

Poin penting Pasien yang berusia 75 tahun dan lebih beresiko tinggi mengalami hemoragi karena mereka lebih cenderung menderita penyakit serebrovaskular sebelumnya.

Implementasi

Ø  Setelah pemasangan kateter I.V., agnes trombolitik diinfudkan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
Ø  Untuk melarutkan trombus dalam kateter arterivenosa, dokter menginfuskan jumlah obat yang diinginkan ke dalam kateter sampai trombus larut.

Komplikasi

                Bahaya utama terapi trombolitik adalah perdarahan, lisis lambat, dan okulasi berulang. Ketika miokardium mengalami reperfusi, dapat juga terjadi aritmia.

Diagnosis keperawatan utama dan kriteria hasil

a.       Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi berat
Kriteria hasil tindakan: pasien akan menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik rasa takut.

b.      Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan aritmia reperfusi
Kriteria hasil tindakan: pasien akan mencapai atau mempertahankan curah jantung yang adekuat.

c.       Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kemungkinan perdarahan
Kriteria hasil tindakan: pasien tidak menunjukkan tanda atau gejala perdarahan.

Intervensi keperawatan

Sebelum terapi
Ø  Sebelum diberikan terapi trombolitik, ambil sampel serum untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta untuk menentukan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
Ø  Dapatkan elektrokardiogram (EKG) dasar, dan dapatkan hasil elektrolit, gas darah arteri, nitrogen urea darah, kreatinin, serta kadar enzim jantung.
Ø  Periksa temuan berikutnya terhadap nilai dasar secara teratur selama terapi.
Ø  Mulai pemasangan jalur I.V yang adekuat (biasanya minimal 4) dan kateter urin menetap.
Ø  Sebelum memulai terapi trombolitik, lakukan MRI atau CT Scan otak untuk memastikan bahwa perubahan status mental merupakan akibat oklusi dan bukan hemoragi serebral.

Selama terapi
Ø  Pada awal terapi, perhatikan apakah ada tanda-tanda hipersensitivitas: hipotensi, napas pendek, mengo, merasa sesak dan tekanan pada dada, serta angiodema. Pertahankan alat resusitasi darurat selalu tersedia.
Ø  Selama terapi, pantau EKG secara continue dan bandingkan dengan pembacaan dasar untuk mendeteksi kemungkinan aritmia. Informasikan dokter jika terdapat abnormalitas, dan bersiap untuk memberikan lidokain atau prokainamid, sesuai program.
Ø  Dengan cermat kaji pasien apakah ada tanda-tanda perdarahan. Pantau setiap 15 menit selama satu jam pertama, setiap 30 menit setiap 7 jam berikutnya, dan kemudian setiap 8 jam setelahnya. Jika Anda mendeteksi perdarahan, hentikan terapi dan hubungi dokter. Pastikan packed red blood cell, darah lengkap, dan asam aminokaproat siap tersedia untuk mengatasi kemungkinan hemoragi.
Ø  Periksa tanda-tanda vital pasien dengan sering, dan pantau nadi, warna, serta fungsi sensorik pada ekstremitas setiap jam.
Ø  Karena pasien cenderung mengalami memar selama terapi, tengani pasien dengan lembut dan seminimal mungkin. Pertahankan prosedur invasive dan pungsi vena dilakukan seminimal mungkin, gunakan manset tekanan darah manual, serta beri bantalan pada sisi pengaman tempat tidur untuk mencegah cedera.

Setelah terapi
Ø  Programkan pemberian antikoagulan untuk mencegah kekambuhan thrombosis.

PENYULUHAN PASIEN
Ø  Jelaskan prosedur kepada pasien dan jelaskan manfaat dan risikonya.
Ø  Instruksikan pasien untuk segera melapor jika ada perdarahan, seperti dari tempat pungsi vena atau gusi atau dalam feses.


15.  TERAPI AROMA

                Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit, dan bahkan mengobati penyakit tertentu – baik fisik maupun psikologis.
                Terapi aroma sangat populer di Eropa, minyak alami dapat dihirup, dimasase ke kulit, atau dimasukkan kedalam air mandi untuk menciptakan sensasi menyenangkan, meningkatkan relaksasi. Terapi aroma dapat digunakan baik sendiri atau dengan terapi lain, seperti masase atau terapi herbal untuk mengobati infeksi bakteri atau virus, kecemasan, nyeri, masalah otot, arthritis, herpes simpleks, herpes zoster, masalah kulit, sakit kepala, dan dyspepsia. (lihat efek terapeutik minyak alami).
                Terapi aroma dapat dipakai sendiri atau diberikan oleh terapis aroma yang terlatih. Walaupun tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan terapi aroma mencegah atau menyembuhkan penyakit, perawat yang dilatih terapi aroma dapat menganjurkan minyak khusus sebagai tambahan terapi konvensional, mengajarkan pasien bagaimana menggunakan minyak tersebut, dan memberikan perawatan.

Implementasi

Ø  Selain minyak alami yang tepat, terapi aroma memerlukan peralatan lain, yang bergantung pada cara minyak diberikan (sebagai contoh, masase, inhalasi, mandi, atau difusi).
Ø  Masase membutuhkan minyak perantara dan untuk masase seluruh tubuh, perlu meja masase. Masase mencakup mengencerkan minyak alami dengan minyak perantara yang sesuai dan mengoleskannya ke bagian tubuh yang tampak atau ke seluruh tubuh dengan menggunakan teknik masase.
Ø  Inhalasi membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah handuk besar. Dengan handuk yang mengandung beberapa tetes minyak alami. Pasien menghirup uap air selama beberapa menit.
Ø  Untuk mandi, pasien membutuhkan bak mandi yang diisi dengan air hangat. Pasien menambahkan beberapa tetes minyak alami ke permukaan air hangat dan kemudian berendam ke dalam bak mandi selama 10 sampai 20 menit, dengan menghirup uap air saat ia berendam.
Ø  Difusi membutuhkan micromist atau alat difusi lilin atau cincin keramik yang dapat diletakkan di lampu pijar. Metode ini mencakup memberikan beberapa tetes minyak alami pada alat difusi dan menyalakan sumber panas untuk mendifusikan partikel-partikel mikro minyak ke udara. Terapi rata-rata membutuhkan waktu 30 menit.

Pertimbangan khusus
Ø  Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di bawah sinar matahari. Anjurkan pasien untuk menghindari mengoleskan minyak kayu manis atau cengkeh pada kulit. Hati-hati terhadap minyak tertentu seperti kemangi, adas, daun jeruk, rosmeri, dan verbena dapat menyebabkan iritasi jika pasien memiliki kulit sensitif.
Ø   Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan kewaspadaan keamanan khusus. Ketika menggunakan terapi inhalasi, pasien harus menjaga wajahnya cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari cedera luka bakar. Ketika menggunakan metode difusi, ia setidaknya harus 1 m jauhnya dari alat.
Ø  Terapi aroma dikontraindikasikan selama kehamilan karena mengandung risiko tosik pada ibu dan janin. Terapi aroma harus digunakan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun karena banyak minyak alami bersifat toksik bagi pasien dalam usia ini.
Ø  Peringatan pasien untuk menjaga minyak alami jauh dari mata dan membran mukosa untuk menghindari iritasi. Jika terjadi kontak, pasien harus membasuh dengan banyak air, jika pembasuhan tidak meredakan nyeri, ia harus mencari bantuan medis.

Efek terapeutik minyak alami
Daftar di bawah ini mencantumkan beberapa minyak alami yang populer dan indikasi tradisional yang akan digunakan para praktisi.

Minyak alami                                      Penggunaan teraupetik tradisional
Kamomil
(anthemis nobilis)
§  Efek antiinflamasi, antijamur, dan antibakteri
§  Meredakan stress fisik dan mental
§  Menyeimbangkan tubuh dan pikiran
Eukaliptus
(Eucalyptus radiata)
§  Efek antivirus dan ekspektoran
§  Meredakan mual dan mabuk karena pergerakan
§  Mengilangkan sinus
§  Menenangkan usus yang mudah terangsang
§  Efek stimulant
Geranium
(Pelargonium x asperum)
§  Efek antivirus dan antijamur
§  Merangsang metabolisme di kulit
§  Meningkatkan regenerasi sel
§  Meningkatkan sirkulasi
§  Meredakan nyeri
§  Memperbaiki fungsi organ-organ vital
Lavender
(Lavandula angustifolia)
§  Mengobati luka bakar, sengatan serangga, dan cedera minor
§  Meredakan sakit perut dan kolik
§  Meredakan sakit gigi dan nyeri karena tumbuh gigi
§  Efek antiinflamasi dan antibakteri
§  Meredakan stress fisik atau mental
Peppermint
(Mentha piperita)
§  Efek antivirus dan antibakteri
§  Efek decongestan dan ekspektoran
§  Meredakan mual dan mabuk karena pergerakan
§  Menenangkan usus yang mudah terangsang
§  Efek stimulant
Rosmeri
(Rosmarinus officinalis)
§  Efek antibakteri, antijamur, dan antivirus
§  Memulihkan energy dan meredakan stress
§  Memperbaiki regenerasi stress
Daun teh
(Melanieuca alternifolia)
§  Efek antiinflamasi, antibakteri, dan antivirus
§  Mengobati luka bakar, sengatan serangga, dan cedera minor
§  Memberikan ketenangan dan sedasi






DAFTAR PUSTAKA

Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Surini Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

           














2 komentar:

  1. askum. mba, mau tanya tentang life review therapy. aq kan ambil penelitian tentang itu, tapi masih bingung teknis pelaksanaannya bagaimana. mohon penjelasaannya dari referensi mba ya. trims....... :)
    bls lwt email atau fb ya mba, makasih bgt.
    bobby_kurniawan07@yahoo.com

    BalasHapus
  2. BOLEH TUKAR PIKIRN G MASALH ILMU KEPERAWATAN

    BalasHapus